Silahkan cari di

Google
 

Jumat, Juni 13, 2008

Match Point!

Ini adalah debut novel saya yang semoga saja diterbitkan oleh pihak yang berwenang. Jauh lebih penting dari itu, semoga cepat selesai ini novel aku garap!
Bab pertama sudah dimuat di kandanggagas (thanks!). Sekali lagi, semoga tidak hanya berhenti di bab pertama.
Demikian 1st chapter-nya...(kira-kira)
JRENG JRENG...

Match Point!

Pembukaan

Pukul 19.30 WIB

Penonton berderet duduk manis di lantai gedung pertunjukan berukuran tiga kali lapangan badminton yang beralaskan karpet. Hujan diluar membantu menyejukkan ruangan yang tidak ber-AC. Lampu mulai dipadamkan. Lampu panggung dihidupkan, menyorot bantal duduk dan segelas air putih. Hanya itu. Bincang-bincang mulai berganti bisik-bisik.

“Ssst!”

“Ssst!”

Orang-orang mencoba membuat diam penonton disekelilingnya untuk diam. Orang yang di”ssst”i tidak mau kalah, membalas “ssst” pula. Akhirnya para penonton saling berlomba adu “ssst!”. Untunglah musik pembuka segera mengalun mengakhiri perlombaan tak berujung itu. Pertunjukan segera dimulai. Sebuah pertunjukan tunggal dari seorang pendongeng terkenal dari ibukota (percayalah, yang terkenal pasti dari ibukota). Jumlah pendongeng di negeri ini sedikit, yang terkenal lebih sedikit lagi.

Tiap orang merindukan dongeng sebelum tidurnya saat masih kecil. Setidaknya yang belum pernah didongengi sebelum tidurnya berharap kali ini mimpinya terwujud. Menonton pertunjukan dongeng sampai tertidur. Itulah harapan yang ada disini karena harus mengeluarkan uang 5 ribu untuk sekedar didongengi. Harga satu kali makan bagi penonton yang kebanyakan mahasiswa.

- JRENG JREENG -


Musik pembuka masih dimainkan. Seorang lelaki berumur tigapuluhan mengenakan pakaian putih-putih keluar dari balik panggung. Menuju kearah bantal duduk, membungkuk horamat kearah penonton. Senyum lebar tetap menghiasi wajahnya hingga musik pembuka berakhir.
“Assalamualaikum warrahmatullohi wabarakatuuu!” salam Pendongeng.

“Waalikumussalam warrahmatullohi wabarakatuuuuuu!” balas penonton. Membalas salam lebih panjang lebih baik, begitu kata ustadz.

“Selamat malam!”

“Malaaam!”
“Bagaimana penonton, siaap?” Pendongeng tiba-tiba berdiri.

“Siaap!” penonton tiba-tiba ikut berdiri

“Yang belakang okee?”

“Okeee!”

“Tarik Maang!”

“.....”

“Huu, emangnya dangdutan!” butuh beberapa detik bagi penonton (yang kebanyakan mahasiswa) untuk ngeh apa yang terjadi.

“Haha, sori sori. Kebiasaan jadi MC dangdut belum bisa ilang.” Pendongeng kembali duduk. Penonton kembali duduk.

“Baiklah. Seperti biasa, sebelum ane memulai cerita. Basa basi dulu. Sepenuhnya ane ucapkan terima kasih buat pihak yang mengundang ane kemari. Terima kasih juga buat para penonton yang walo hujan-hujan dingin-dingin tetap mau datang hanya untuk sekedar mendengar dongeng dari ane.”
Setelah menarik napas, Pendongeng melanjutkan, “Ini bukan cerita tentang anak-anak orang kaya yang punya mobil mewah, apartemen mewah, tempat nongkrong mewah. Bukan juga cerita anak miskin yang papanya miskin, supir pribadinya miskin, pembantunya miskin, tukang kebunnya miskin. Bukan. Ini cerita tentang anak-anak biasa saja, mobilnya biasa aja, laptopnya biasa aja, ke kafe yang biasa aja, ke diskotik yang biasa aja...”

“Sama aja dong!” potong penonton.

“Eh iya ding,” ralat Pendongeng, “pokoknya bagi yang pecinta sinetron dengan seting glamor bisa meninggalkan pentas ini.”

Tidak ada yang mau membuang tiket lima ribu rupiah cuma untuk diusir Pendongeng. Setelah memastikan penonton tidak ada yang keluar gedung, kecuali satu penonton hamil yang keliatannya mau melahirkan. Pendongeng melanjutkan, “Ini cerita percintaan...Setidaknya demikian harapan ane. Nggak ada yang lebih menarik dari cerita cinta, setelah cerita setan pastinya. Walo sudah pernah denger beribu cerita cinta yang hampir semuanya mirip, nggak bakal bosen. Jangan tanya kenapa, karena ane sampe sekarang masih bujang.”

“Haaa?” seru penonton. Terdengar bisik-bisik tidak percaya, trus bisik-bisik mengasihani, trus bisik-bisik jijay.

Sadar sudah membuka aib sendiri, Pendongeng segera melanjutkan, “Setingnya disini, di kota tercinta Purwokerto ini. Begini ceritanya.”

JRENG JREENG
Tahun Pertama
Junno

Sudah setengah jam berlalu sejak jam weker berbentuk Kenshin Himura memukul-mukulkan pedang ke kepala Arjuna. Masih pake sarung abis solat subuh, Arjuna mulai aktivitas paginya. Yaitu...


“Sebentar, sebentar. Sampe kapan Om panggil aku Arjuna. Arjuna is det. Panggil aku Junno.” protes Junno.

“Oke. Junno. Tapi jangan panggil ane Om. Panggil Aa, lebih merdu.” kompromi Pendongeng.

Junno mengambil komik dari meja belajar pendek di sebelah kasur busa tanpa dipan. Urung membuka komik, dia melihat sekeliling kamar kos barunya.


Tau anak kosnya sudah lulus es em u, ibu kos yang selama ini dianggap Junno sebagai ibu kedua karena selalu memberinya cemilan saat tiba waktunya bayaran kos, mengkhianatinya dengan mengusir secara halus.“Maaf ya nak Junno. Bukannya Ibu nggak seneng Junno disini, walo sering nunggak bayarnya.” senyum berbahaya Ibu kos menghiasi mukanya yang lebih berbahaya lagi, “Tapi nak Junno kan tau, ini kos-kosan kusus buat anak SMA (bukan salah Pendongeng, tapi memang ibu kos gak tau kalo SMA dah ganti SMU), tarifnya juga buat anak SMA. Jadi nak Junno bisa cari kos lain buat mahasiswa.”

Junno hanya menantap tak berdaya. Semua isi kamarnya sudah di depan rumah kos. Junno memang beberapa hari terakhir ini tidak pulang ke kos. Setelah perayaan kelulusan dengan hura-hura tanpa huru-hara, dia langsung disibukkan dengan pendaftaran jadi mahasiswa, yang sarat pendaftarannya cuma bisa dibandingkan sama syarat pendaftaran jadi bupati. Dan betapa syoknya dia melihat semua barang kesayangannya teronggok tanpa bisa melawan di depan kosnya. Pintu dididepannya ditutup tanpa ampun oleh Ibu Kos, kayaknya nggak ingin anak kosnya ini masuk trus memeluk kakinya sambil menyanyi India versi dangdut (Anda tentu tidak membayangkan semua anak SMU sukanya Hip Hop, kan. Begitulah, diluar sana banyak yang dari TK sudah keukeuh pemuja dangdut).

“Sial!” umpat Junno


Sejak saat itu Ibu Kos masuk daftar orang-orang yang akan didendam Junno sepanjang hayatnya. Dia curiga pengusiran sepihak ini bukan karena kelulusannya tapi karena anak gadisnya yang mau masuk SMU tahun ini. Cantik emang, bohay juga. Tapi kenapa dengan itu? Junno toh cuma punya rencana ntar ke sekolah bareng, belajar bareng, nongkrong bareng, bobo...


“Hei, ini cerita remaja lho!”


“Sori.”

Dengan prinsip nggak mau merepotkan diri sendiri selama bisa ngrepotin orang lain, Junno ngeboyong semua isi kamarnya ke tetangga sebelah. Rumah Sadewa, teman Junno sejak orok. Junno tau Sadewa gak bakal ngusir dia lantaran Sadewa gak punya adik cewek, walau Junno juga tau orang tua Sadewa harus beli gembok tambahan buat lemari makan dan kulkasnya. Jadilah kamar Sadewa yang sak emprit tapi rapi nan nyaman bak dituang timbunan sampah dari TPA.


“Sori Wa, aku abis diusir Ibu Kos. Aku disini dulu ya sampe jelas aku kuliah dimana.” Junno memohon.


Memohon? Belum sempat Sadewa mengucapkan itu, tamu-mimpi-buruknya sudah sampai di depan lemari makan dan mengamankan isinya sebelum Mama Sadewa memasang pengaman tambahan.

***

Beberapa hari setelahnya, di tengah acara nulis kode perguruan tinggi. Kode-kode rumit seperti punyanya Opa Leonardo Da Vinci. Butuh Konsentrasi. Mata Junno berada di jauh di bawah jarak aman untuk membaca, menekuni serangkaian arti kode SMA, Universitas, Fakultas, Jurusan yang mau dimasuki. Tidak boleh ada kesalahan. Tidak boleh pengennya Matematika masuknya ke Akuntansi.


Di saat genting sperti itu Junno sekali lagi menerima nasehat bertuah dari Sadewa. Dan ini menyangkut masa depannya, tidak bisa diabaikan. Sadewa bertanya, “Bener gak mau ninggalin Purwokerto?”


Sadewa mau mengeluarkan kata-kata ajaibnya, Junno mengangguk hidmat. Bagaimanapun berkat nasehat-nasehat Sadewa dia bisa lolos (lolos bukan lulus)dari SMP dan masuk ke SMA favorit. Ajaibnya, nasehat Sadewa juga membawanya duduk di kelas IPA.


Padahal satu-satunya pemahamann pengetahuan IPA yang dimiliki Junno adalah, “ternyata gerhana matahari itu adalah peristiwa tertutupnya cewek cantik oleh cowok gendut jelek yang lagi minum Fanta!”


Sekarang setelah meloloskan sekali lagi dari SMA, spertinya Sadewa mau memberi nasehatnya lagi yang mujarab. Dan cita-cita Junno adalah sampai mati terus di Purwokerto membangun (atau lebih tepatnya merobohkan) kota tercintanya ini.


Sadewa bersabda, “Disini Universitas Negeri kan cuma satu. Jadi pilih aja fakultas yang aneh dan jurusan yang ajaib.”


Pyar!


Bagai mendapat pencerahan, Junno langsung memeriksa data statistik yang dimaksud, bak profesor matematik. Sedetik kemudian dia meyerahkan pada Sadewa jurusan mana baiknya yang dipilih, karena Junno adalah profesor matematika linglung. Kata statistik masih didengarnya beberapa tahun lagi. Sadewa memilihkan satu jurusan.


Oke. Junno langsung mengisi kode jurusan itu di kertas formulir pendaftaran.


“Satu lagi Junn. Aku tau kamu gak bakalan bisa melajarin semua mata pelajaran yang bakal ditesin,” Sadewa menatap sejenak pandangan-sok gak ngerti-apa sih maksud lo dari lawan bicaranya dan memilih untuk meneruskan,”jadi pilih satu yang paling bisa diterima otak kamu, kalo ada. Pelajari soal-soalnya, apalin. Kalo perlu apalin soal-soalnya mulai dari soal tahun enam puluhan. Kalo ntar bisa bener semua di satu pelajaran ini, gue jamin bisa masuk.”

(Percayalah penonton – INI SAMA SEKALI TIDAK MUNGKIN!)

Pyar!
Mendapat pencerahan dua kali, Junno langsung mengambil kumpulan soal Biologi dari tahun enam pulahan. Sedetik kemudian Junno terlelap.
Abakadabra!
Disinilah Junno sekarang. Memandangi kamar kos baru berukuran 3x2 (itu yang dikatakan bapak kos barunya), memeriksa apakah semuanya sudah ditaruh pada tempatnya. Semuanya barang-barang dengan tema tokoh kartun. Seluruh dindingnya ditempeli poster hampir semua jagoan yang ada dikolong langit ini, mewakili benua masing-masing. Ada Spiderman, Batman, Superman dari benua Lik (Paman) Sam. Asterix sampai Steven Sterk dari Eropa. Kensin Himura sampai Gundala Putra Petir dari Asia, terakhir ini poster dari kakaknya, sih.
Sebagian karakter kartun di kamar ini juga milik kakaknya yang mewariskan semua tokoh karakter kartun jadulnya ke Junno sebelum pergi. Mau belajar di akademi super hero, begitu pamit kakaknya.
Setelah dirasa semua sudah pas, Junno melanjutkan baca komik yang belum selesai tadi malam karena kecapekan habis menata kamarnya seperti dunia fantasi.
Sejak SD Junno sudah ditinggal orangtuanya dinas di luar Jawa, dia dititipkan bersama sang kakak di rumah pamannya. Sering ditanya oleh guru SD dimana ayahnya, Junno langsung menjawab, “Ayahku sedang menjajah negeri-negeri lain dan nggak akan pulang sebelum seluruh dunia takluk sama Ayah!”. Sampai sekarang kalau ditanya jawaban juga yang selalu diberikan. Waktu SD itu juga kakak laki-laki Junno memberitahu dia bahwa diluar sana banyak super hero, “Liat nih.” Kakaknya lalu memutar video Gaban (kalau ada yang belum tau siapa itu Gaban, tanya ama kakak atau papa ya). Junno kecil terpana.

Wow!


Beberapa waktu kemudian dia tau musik pengiring jagoannya kalau mau main adalah musik dangdut!

Masuk SMP Junno memilih ngekos. Calon super hero harus mandiri, katanya. Kakaknya juga kos tapi Junno gak mau bareng, tepatnya kakak Junno gak mau direcoki adik ajaibnya.


“Sampai kapan Om mau ndongeng?” sela Junno. Dia ternyata sudah siap berangkat ke kampusnya yang baru. Ospek hari pertamanya.


Jangan panggil Ane, Om!

JRENG JREENG

1st Chapter by Pradna Paramita (http://pradnaspot.blogspot.com/)

Baca Selanjutnya......

Kamis, Mei 29, 2008

Novel

Menginjak kelas 3 SD, aku mendapat kepercayaan untuk membaca novel. Novel pertama yang aku baca adalah seri Trio Detektif, yang kemudian berlanjut dengan banyak kisah novel lainnya. Berbeda dengan komik yang full gambar, novel mengajak si pembaca untuk menjelajahi dunia imajinasi sesuai dengan isi cerita sebuah novel.

Dengan kebebasan tebal halaman dan alur cerita, pemberian informasi dan pengetahuan dapat diberikan secara mendetail dan terperinci dalam sebuah Novel. Apalagi novel-novel bergenre science fiksi.

Hanya saja ada satu kelemahan yang dimiliki oleh novel. Yaitu, harganya!(bukan alasan ya). Dengan harga yang semakin membumbung tinggi, membaca novel sekarang-sekarang ini menjadi kesempatan yang langka. Jadi kalo karena mendapat pinjaman atau mendadak kaya, novel-novel bagus biasanya bisa aku baca lama setelah tanggal terbitnya di Indonesia.

Meski demikian, novel-novel bagus itu tetap telah memberikan arti dalam bagian hidupku. Berupa pengetahuan, wawasan maupun moral.

Hingga suatu saat nanti,
dapat menerbitkan novelku sendiri.
Amin.
Merdeka!




Baca Selanjutnya......

Senin, Mei 19, 2008

Lucky Luke



Satu lagi karya Goscinny , yang kali ini berpasangan dengan Morris menghasilkan karya yang (lagi-lagi) fenomenal,Lucky Luke.

Komik menceritakan kisah petualangan Lucky Luke, seorang koboi yang mampu menembak lebih cepat dari bayangannya sendiri (so cool!). Dengan seting cerita di American Old West, begitu banyak konflik yang diangkat di komik ini.

Dengan mengambil gaya parodi dalam penceritaannya, kita disuguhi beragam informasi sejarah pada saat itu. Sebagai contoh adalah saat Lucky Luke ikut menjadi tim Ekspedisi pembangunan telegrap untuk pertama kalinya, periode demam emas, perdamaian dengan suku Indian, bahkan konflik di wilayah Pecinan digambarkan dengan sangat unik dan menarik. Selain itu masih ada tokoh-tokoh sejarah yang ditampilkan, seperti Calamity Jane, Jesse James, Billy The Kid, hingga Abraham Lincoln.

Sesuai dengan nama depannya "Lucky", Luke selalu beruntung di saat-saat kritis di setiap petualangannya. Ditambah lagi, keberuntungan mendapatkan teman perjalanan yang sangat setia dan tangguh. Seekor kuda putih yang dinamai Jolly Jumper. Kuda dengan kemampuan istimewa, seperti bisa memasang pelana sendiri, tidur saat berlari hingga datang pada saat sang partner dalam keadaan terjepit. Demikianlah, tidak jarang, digambarkan Joly Jumper-lah yang mengurus keperluan si koboi.

Bagaikan partner setia, Luke mempunyai musuh utama yang selalu setia mengacau ketertiban. Mereka adalah empat bersaudara Dalton, atau yang lebih dikenal sebagai "Dalton Bersaudara".

Secara keseluruhan,Lucky Luke merupakan kisah petualangan yang luar biasa, dan tidak bosan untuk dibaca berulang-ulang kali. Hanya saja, sejak ditinggal sang Mpu-nya cerita Goscinny di tahun 1977, kisah Lucky Luke yang tetap diteruskan oleh Morris, aku rasakan jadi kurang greget. Tapi lebih dari itu, ini tetap karya yang asik dan menarik dengan sedikit menggelitik.

Sekali lagi, sekelumit sejarah yang disuguhkan dengan ceria dan menghibur.

Baca Selanjutnya......

Jumat, Mei 09, 2008

Comic



Seharusnya ini aku posting sebelum Asterix dan Obelix, karena ini sebagai pengantar untuk tag comic. Karena ada satu dan lain hal, jadinya membahas salah satu komik dulu baru kata pengantarnya.Tapi biarlah.

Komik, masih dianggap sebagian orang sebagai simbol ketidakdewasaan dan pengaruh buruk bagi seorang anak. Seorang siswa yang sedang baca komik sering langsung dituduh "tidak pernah belajar, malah baca komik melulu!". Preman ketika kemana-mana menenteng komik langsung dicap "nggak sangar!" (ya iya laah).

Sayangnya, semua tuduhan itu tidak sepenuhnya salah (terutama tuduhan yang terakhir), karena memang komik bisa menyebabkan kecanduan jika tidak dibaca sesuai aturan. Kalo sudah nyandu, menunggu komik baru bagaikan menunggu sang kekasih di restoran mahal selama dua jam dan akhirnya sang kekasih datang dengan tiga anaknya!


Tapi, jika kita baca dengan baik dan benar. Komik adalah tonggak pertama mengenalkan budaya baca kepada anak-anak. Tidak mungkin banget mengenalkan anak kita yang berusia 3 tahun budaya baca, dengan memberikan "Ayat-ayat Cinta". Dibaca nggak, kenyang iya (dijadikan bubur...kertas). Pastinya dimulai dengan buku-buku cerita bergambar yang lucu, yang kalo sang anak tidak senang, tentulah ibunya yang senang :p

Jika telah berpengalaman malang melintang di dunia komik, bakalan menyadari bahwa sebagaian besar isi komik, sekitar 68% (kayaknya sering baca angka keramat ini, dimana ya?ho ho), isi komik mengajarkan kebaikan, kesetiakawanan dan kerja keras. Memang kalo cuma dilihat sekilas dan sepintas, komik tidak memiliki nilai tambah. Tapi jika kita mau mengikuti dengan seksama alur cerita sebuah komik, kita akan menemukan nilai-nilai tersebut diatas. Bahkan termasuk komik-komik superhero Amerika (yang aku tidak begitu suka, terlalu super), para jagoan kebal peluru ini harus dibikin babak belur dulu baru bisa memperoleh kemenangan. Yang artinya, tidak ada kemenangan dan kesuksesan mudah di dunia ini.

Cergam (cerita bergambar, istilah sopan yang aku pake dulu buat menyebutkan komik), merupakan sarana yang efektif untuk memberikan pengetahuan-pengetahuan berbagai macam hal. Kapan lagi kita akan belajar kebudayaan Romawi, atau sejarah Jepang dengan menyenangkan? Di komiklah, pengetahuan-pengetahuan semacam itu seringkali disisipkan, walau tidak jarang dengan cara penyampaian yang ajaib. Tapi justru penyampaian seperti inilah yang membuat kita penasaran untuk mencari tahu lebih banyak dari sepenggal infomasi yang diberikan di komik.

Ditengah badai miskinnya kasih sayang orang tua, komik sebagai awal mula dan buku-buku selanjutnya yang aku baca, merupakan penjagaku untuk tetap berada di jalur yang benar...ehm,well, setidaknya tidak terlalu menjadi seorang kriminal :D

---- Saatnya nyela Orang -----------
Tampaknya, pasar komik sekarang ini sedang dimonopoli oleh manga-manga dari Jepang. Komik-komik Eropa yang dulu sempat marak di era aku kecil, sudah tidak terdengar gaungnya lagi. Terakhir seingatku penerbit Indonesia-nya adalah Misurind. Komik superhero Amerika, walaupun masih ada tapi timbul tenggelam. Demikian juga komik-komik dari Indonesia yang sempet heboh di jaman baheula (dengan judul-judul legendaris: "Gundala Putra Petir", "Si Buta dari Gua Hantu", "Panji Tengkorak" - untungnya aku sempet mencicipi akhir-akhir masa kejayaan komik-komik diatas).

Dan kini, bahkan ada komikus Indonesia yang harus men-Jepun-kan namanya agar karyanya dapat diterima. Ck, kalo menurutku, komik-komik Indonesia terlalu gamblang. Baik dari cara penyampaian ceritanya, pesan moralnya dan yang paling parah adalah suka memaksa melucu. Walt Disney-pun jika membuat film terlalu gamblang, biasanya jeblok di pasaran.

Masyarakat sekarang sudah ingin sesuatu yang sedikit banyak mengandung intrik, sehingga pembaca-pun tergelitik.

Demikian analasis saya.
Semua misteri terpecahkan.

Baca Selanjutnya......

Minggu, Mei 04, 2008

Asterix dan Obelix



Komik inilah yang menjadi tonggak pertama aku memasuki belantara literatur. Aku menyenangi komik ini sejak aku belum bisa baca (sungguh). Bayangkan saja, ketika TVRI menjadi primadona hiburan di Wonosobo (terletak di kaki Dieng, Jawa Tengah), komik Asterix dan Obelix yang dipinjam kakakku setiap hari sabtu dari persewaan buku, adalah pengalaman luar biasa.

Sejak bisa baca, aku mencoba mengkoleksi seri-serinya, dan alhamdulillah, karena termasuk warga nomaden (sering berpindah-pindah, tapi dalam kasus ini ditambahi, berpindah-pindah tidak jelas), semua koleksi ku selalu raib setiap kali pindah :(

Karya masterpiece Goscinny dan Uderzo ini,


menceritakan tentang kisah persahabatan dan petualangan Asterix dan Obelix, dua orang warga dari desa kecil dipinggir Galia. Seting cerita ini berada pada kekaisaran Romawi tahun 50 SM masehi yang dipimpin Julius Caesar. Saat itu, Galia sudah berada di bawah imperium Romawi.

Seluruhnya? Tidak! Ada desa kecil di pinggir utara Galia yang tidak mau tunduk dibawah Romawi (biasa ditulis di halaman pembuka :) )

Dari sinilah petualangan dimulai.

Seluruh warga desa mendapatkan kekuatan dari ramuan ajaib sang Dukun Panoramix. Tentu saja dengan kekuatan luar biasa ini, mereka selalu bersenang hati jika berhadapan dengan tentara Romawi. Ada berbagai macam karakter utama di desa super ini, yang kesemuanya tentu saja ajaib-ajaib.

Tetapi, kalo ada tugas-tugas yang mengharuskan keluar desa, diutuslah dua prajurit tertangguh desa, Asterix dan Obelix.

Secara keseluruhan kisah-kisah Asterix dan Obelix, merupakan kisah-kisah yang segar dan tidak cukup untuk dibaca satu kali.

Yang paling berkesan dari kisah ini adalah penamaan tokoh-tokohnya. Setiap tokoh diberi nama sesuai daerah asalnya, tapi dibikin ajaib. Seperti, "Nasibungkush", "Babibundarix", "Suarabulatix", "Sup Y Bawangkerakon".

Ah, memang kisah ajaib.

Baca Selanjutnya......

Jumat, April 25, 2008

Pembukaan

Sebelum melangkah lebih jauh, perlu dijelaskan terlebih dahulu. Disini aku tempatku buat cerita tentang berbagai cerita menarik yang sudah aku baca. Dari yang serius sampai yang ha ha ha...

Mengenai baik dan buruk kesimpulanku, itu murni pendapat pribadiku yang bukan seorang sastrawan.

Dan juga, bakalan sering buku-buku yang laris manis dipasaran, aku ngomentari nya beberapa tahun setelah terbitnya..., dimaklumi saja. Karena mendapat pinjaman atau menabung untuk membeli buku asli tidaklah mudah :P

Jadi,
Jangan dendam.

Baca Selanjutnya......

Kamis, April 24, 2008

Hello Sunshine!

Selamat pagi, dunia!
Ini blog keduaku, yang rencananya aku fokuskan untuk cerita buku-buku yang telah aku baca.
Untuk pengalamanku menggunakan komputer dan pikiran-pikiran nylenehku, silahkan mampir sambil ngupi di
http://pojokpradna.wordpress.com/

Begitulah.

Baca Selanjutnya......